KILAS INFO.ID, Sukabumi – Tahun 2022 akan menjadi momentum akselerasi pertumbuhan ekonomi bagi Indonesia. Hal ini karena kondisi pasar sedang berada menuju fase normalisasi, dan Indonesia berada pada fase tersebut.
Sementara beberapa pihak menyatakan, bahwa di rentang waktu 2020 – 2022 ada tiga fase penting, yaitu fase pandemi di 2020, kemudian fase recovery di 2021, dan akan dilanjutkan dengan fase normalisasi pada pasar global.
Sedangkan Indonesia justru akan mengalami fase akselerasi di 2022.
Demikian pernyataan Pelaksana Tugas Kepala Perwakilan BI DIY, Miyono, dalam diskusi akhir tahun yang digelar ISEI, Kadin, Bank Indonesia, OJK dan Kafegama DIY.
“Tahun depan berpotensi menjadi momentum kebangkitan ekonomi Indonesia. Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada 2022 bisa berada pada kisaran 5 persen-5,5 persen. Bank Indonesia (BI) memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 akan mencapai 4,7-5,5 persen, dari 3,2-4,0 persen pada tahun 2021, didorong oleh berlanjutnya perbaikan ekonomi global yang berdampak pada kinerja ekspor yang tetap kuat, serta meningkatnya permintaan domestik dari kenaikan konsumsi dan investasi. Hal ini didukung vaksinasi, pembukaan sektor ekonomi, dan stimulus kebijakan,” kata Miyono.
Menurutnya, sejalan dengan membaiknya ekonomi global dan nasional, diperkirakan perekonomian DIY dapat tumbuh kisaran 4,8-5,8 persen (yoy) sedangkan inflasi diperkirakan 2,9-3,33 persen (yoy) pada tahun 2022.
Lapangan usaha atau sektor yang menjadi motor pertumbuhan ekonomi DIY antara lain jasa lainnya, onfokom dan konstruksi. Sektor yang mulai bergerak dan tumbuh postif antara lain akomodasi dan mamin, jasa pendidikan, perdagangan dan industri pengolahan.
Pada sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi tahun 2022 masih didorong ekspor, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) serta konsumsi masyarakat.
”Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi DIY tahun 2022 maka penyaluran kredit perbankan harus meningkat baik secara kuantitas maupun kualitas,” imbuh Kepala OJK Jimmy Parjiman.
Ia menjelaskan sampai akhir tahun 2021 LDR (Loan to Deposit Ratio) sekitar 61 persen dan sejalan dengan pemulihan ekonomi, penyaluran kredit harus didorong agar investasi juga meningkat. Dengan meningkatnya investasi, kegiatan ekonomi akan meningkat dan pada akhirnya pertumbuhan ekonomi di DIY juga terdongkrak.
”Kami di OJK juga berupaya untuk mengoptimalkan program peningkatan literasi dan inklusi keuangan salah satunya melalui TPAKD,” tandas Jimmy.
Wakil Ketua Kadin DIY Wawan Harmawan berhadap insentif fiskal (pajak) dan keuangan (kredit) tetap diberikan kepada pengusaha.
Ia mengatakan meskipun kondisi ekonomi dan bisnis semakin membaik namun insentif tetap dibutuhkan untuk mendorong percepatan pemulihan usaha di tingkat mikro. Membaiknya kondisi usaha atau bisnis di tingkat mikro membuat percepatan pemulihan ekonomi di level makro juga akan terdongkrak.
“Prospek ekonomi, bisnis, dan ekonomi DIY sangat bergantung dari efektifitas dari keberlanjutan Program PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) dan efektivitas pemerintah bersama masyarakat dalam mengendalikan pandemi Covid-19,” imbuh dosen FEB UAJY Dr Y Sri Susilo.
Menurut Susilo, kegiatan pariwisata DIY dapat digerakkan kembali dengan menerapkan pariwisata CHSE (Cleanliness, Health, Safety and Enviromental Sustainability).
Dalam jangka panjang orientasi pariwisata harus berubah dari mass tourism menjadi quality tourism.
Ia menegaskan pemulihan ekonomi akan tetap berlanjut sehingga prospek ekonomi, bisnis dan keuangan DIY tahun 2022 semakin membaik. (***)
