Koalisi ‘gemuk’ tidak selalu memenangkan Pemilihan Presiden (Pilpres) seperti yang telah terjadi sebelumnya
KILASINFO, JAKARTA – Partai Demokrat resmi bergabung pada Koalisi Indonesia Maju (KIM). Bergabungnya Demokrat menjadikan calon presiden (capres) Prabowo Subianto didukung empat partai parlemen, menjadi koalisi terbesar dibanding pesaingnya.
Peta Pilpres 2024, Prabowo mendapat dukungan partai terbanyak dari koalisi kali ini dibandingkan dua calon presiden lainnya.
Kubu Prabowo pada pilpres 2024 didukung empat partai dengan dua partai non-parlemen yaitu Gerindra, Golkar, Partai Demokrat, PAN, Partai Gelora (non-parlemen) serta PBB (non-parlemen).
Ganjar Pranowo didukung empat partai dengan dua di dalamnya non-parlemen yaitu PDIP, PPP, Hanura (non-parlemen), dan Perindo (non-parlemen).
Anies Baswedan menjadi calon dengan dukungan paling sedikit, hanya tiga partai yaitu Nasional Demokrat (NasDem), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan PKS.
Koalisi Prabowo kembali mendapat dukungan partai terbanyak, apabila dibandingkan Ganjar dan Anies.
Tidak hanya itu, kubu Prabowo memegang suara terbesar kembali jika berkaca dengan hasil Pileg 2019, dengan hanya menghitung partai yang masuk parlemen.
Dengan perhitungan tersebut, kubu Prabowo akan mendapat dukungan suara sebesar 55,2 juta. Koalisi Anies berada di posisi kedua dengan 37,7 juta suara. Koalisi Ganjar berada di posisi terakhir dengan 33,3 juta suara.
Kendati dukungan yang besar, dikutip kilasinfo.co.id dari CNBC Indonesia, Jumat (22/9/2023). Koalisi ‘gemuk’ tidak selalu memenangkan Pemilihan Presiden (Pilpres) seperti yang telah terjadi sebelumnya.
Pada pemilihan presiden (Pilpres) 2014, pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla mendapat dukungan dari Koalisi Indonesia Hebat yang terdapat empat partai parlemen dan satu partai non-parlemen yaitu PDIP, PKB, NasDem, Hanura, dan PKPI (non-parlemen).
Sedangkan, Koalisi Merah Putih yang mendukung Prabowo pada 2014 diisi dengan lima partai parlemen dan satu non-parlemen diantaranya Gerindra, Golkar, Partai Amanat Nasional ( (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Bulan Bintang/PBB (non-parlemen).
Dengan dukungan partai yang lebih banyak, kubu Prabowo tidak mampu mengalahkan Joko Widdo (Jokowi ) yang berpasangan dengan Jusuf Kalla pada Pilpres kala itu.
Prabowo pada Pemilu 2014 tidak hanya didukung oleh partai yang banyak. Hasil perhitungan suara menunjukkan kubu Prabowo juga mendapat perolehan suara lebih banyak dibanding Jokowi.
Data menunjukkan koalisi Prabowo mampu memenangkan hasil suara dan kursi pada Pemilu 2014. Koalisi Prabowo memenangkan Pileg 2014 dengan memperoleh total sekitar 61,1 juta suara, sedangkan kubu Jokowi hanya memenangkan 51,1 juta suara.
Demikian pula secara perhitungan kursi, koalisi Jokowi hanya mendapat 207 kursi parlemen, sedangkan kubu Prabowo memperoleh 292 kursi.
Kendati demikian, hasil suara sah menunjukkan perolehan suara Prabowo hanya memperoleh 62,5 juta suara (46,85%) dan Jokowi memperoleh 70,99 juta suara (53,15%). Berdasarkan perhitungan tersebut, Jokowi memenangkan Pilpres 2014.
Meski memenangkan kursi, Prabowo tidak mampu memenangi pilpres kala itu. Hal ini mengindikasikan bahwa kekuatan koalisi dibalik capres yang diusung tidak dapat memastikan kemenangan capres tersebut. *
